- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Cover depan Stories for Rainy Days Volume II |
Judul : Stories for Rainy Days Volume II
Penulis : Naela
Ali
Ilustrator :
Naela Ali
Genre : Fiksi,
Romance, Artbook, Short Story
Jumlah Bab : 40
Bab
Kategori Pembaca
: Young Adult
Penerbit : POP,
Jakarta
ISBN : 978 – 602
– 424 – 290 – 9
Prolog
Stories
for Rainy Days Volume II ini masih mengisahkan tokoh “I” beserta pacar-pacarnya.
Tidak jauh beda dari buku pertama, buku ini terdiri dari cerita-cerita pendek,
terbagi dalam beberapa bab dan membentuk satu kesatuan. Review buku pertamanya
bisa dilihat di review ini. Disana ulasannya cukup
panjang, jadi di review ini saya nggak akan mengulas terlalu banyak. Nah,
daripada lama-lama mending langsung aja kita review yuk buku keduanya!
Review
Cerita
Buku
kedua ini terdiri dari 40 bab, bertambah 5 bab dari buku pertamanya tetapi
dengan tebal yang sama. Cerita-cerita di dalamnya masih bertema seputar romansa
antara “I”dengan pacar-pacarnya. Tapi, bagi saya ada beberapa perbedaan
mendasar di buku kedua ini.
Buat
saya buku 1 lebih ke membangun jalan cerita antara “I” dan pacar-pacarnya. Buku
pertama lebih mengulas bagaimana “I” bertemu pacar-pacarnya, apa yang mereka
rasakan, apa yang dilalui “I” saat putus-nyambung, bagaimana dia bisa bertemu
cowok barunya, dan perasaan suka lagi pada seseorang. Kerasa banget roller-coaster perasaan yang harus dia
lalui. Sedangkan buku kedua ini terasa lebih ke buku nostalgia. Lebih banyak mengenang
antara “I” dan pacar-pacarnya setelah mereka putus dan berpisah, seperti lagu
atau tempat yang mengingatkan “I” pada pacar-pacarnya itu. Dan saya masih kebingungan
di beberapa bab karena gak tau “I” ini sedang mengenang pacarnya yang mana. Tokoh-tokoh di buku ini masih tak bernama.
Tapi di beberapa bab saya menemukan benang merah tokoh yang dimaksud, yaitu Mr. Spaceman dan 24-hour Burger Joint -
tempat “I” bertemu pacar pertamanya. Saya berasumsi si “I” mengenang
pacar yang pertama, entahlah bener atau nggak, hehehe.
Hal. 11 |
Bagian
awal buku diawali dengan si “I” yang patah hati, karena berpisah dengan “He”.
Alasannya, karena dia ingin keluar dari zona nyamannya, ingin melihat dunia,
dan akhirnya meninggalkan “He”. Di buku pertama saya nggak ngerti kenapa mereka
harus putus, nah di buku kedua ini ada jawabannya. Selebihnya, buku ini berisi
cerita-cerita tentang perasaan dan
kenangan “I” bersama pacar-pacarnya. Ada juga cerita yang berdiri sendiri,
puisi pendek, seperti beberapa bab yang khusus menceritakan tentang kucing.
Ilustrasi
Sampul pembuka dengan motif yang lucu bangeeet |
Dibanding
buku pertama yang tanpa tekstur, sampul buku kedua berwarna putih keabuan
dengan tekstur yang mengingatkan saya pada tekstur kertas padalarang untuk
menggambar waktu kuliah. Setelah kita membuka hard-covernya, kita akan melihat
sampul pembuka yang lucu banget, dengan motif tanaman. Oh ya, banyak banget
penggunaan ilustrasi dan motif tanaman di buku kedua ini. Ilustrasi pengantar
tiap bab juga berbeda-beda, lebih beragam, nggak samaan seperti buku
pertamanya. Ilustrasinya berkesan simple
and clean. Ulasan ilustrasi lebih lengkap ada di review yang pertama, cek
juga ya! ;)
Kekurangan dan Kelebihan
Stories
for Rainy Days vol. II ini memang manis dan berkesan, make us feel warm and nice, tapi dengan berat hati harus saya
katakan buku kedua ini kurang nendang emosi dibanding buku pertamanya. Padahal,
justru buku kedua-lah yang bikin saya tertarik mengikuti buku ini waktu baca sneak peek isinya di Gramedia.
Alasan
buku pertama lebih nendang emosi, bagi saya mungkin karena buku pertama lebih
menceritakan hal manis dan pahit saat “I” sedang menjalani hubungan dengan
pacarnya, bukan hanya sekedar mengenang saja. Buku kedua terasa agak plain, saya kurang bisa merasakan
konfliknya, meskipun ada juga beberapa bagian konflik. Berbeda dengan buku
pertama dimana saya masih bisa merasakan konfliknya dengan jelas. Di buku
pertama saya bisa merasakan perasaan manis gadis yang lagi jatuh cinta, saat
dia patah hati, saat dia sedih dan sebagainya. Sedangkan di buku kedua saya
hanya seolah flashback dengan membaca
cerita-cerita yang dituturkan oleh “I” tentang kenangan akan pacarnya.
Hal. 73 |
Tapi
ada juga kok beberapa bagian yang memang jleb dan saya suka. Secara keseluruhan
buku kedua juga menghibur dan menarik diikuti. Hanya saja, bagi saya buku
pertama lebih emosional, lebih make us
feel warm and nice, seperti yang diharapkan penulis waktu membaca bukunya. Mungkin juga karena di buku kedua ini
topik tentang ‘hujan’nya sendiri tidak terlalu banyak disinggung, jadi waktu
baca saya kurang merasa ada feel warm-nya,
hehe.
Oh
iya, ada kekurangan yang lain : mungkin untuk buku dengan hardcover adakan pembatas buku tali, ya. Kedua buku Stories for
Rainy Days nggak ada bonus pembatas buku, dan sayang banget kalau buku sebagus
itu kertasnya sampai dilipat ;)
Bagian Menarik
Ada
beberapa bagian yang saya suka banget di Stories for Rainy Days volume II ini. Here is it :
Hal. 175 |
Hal. 65 |
Hal. 29
Simpulan
Secara
keseluruhan, Stories for Rainy Days vol. II masih menghibur dan menarik untuk
diikuti. Benang merah antara buku pertama dan kedua, seperti : cara penuturan cerita
dan teknik ilustrasi penulis masih bagus, dengan untaian cerita dan ilustrasi
yang sederhana, simple, tapi berkesan. Nilai saya untuk bagian inti dari kedua
buku sama, tetap bagus. Hanya saja yang membuat penilaian kedua buku berbeda –
bagi saya – adalah isi bukunya. Keduanya make
us feel warm and nice, tapi saya lebih prefer buku yang pertama.
Stories
for Rainy Days vol. II lebih ringan dibaca. Buku kedua ini, meskipun berisi
tentang nostalgia dan kenangan (yang harusnya lebih jleb), tapi bagi saya
kurang nendang emosi. Kalau kamu mencari buku dengan cerita dan ilustrasi
tentang kenangan, mungkin buku ini cocok banget buat menemanimu di sore hari
saat hujan turun. This book still make us
feel warm and nice, tho ;)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Lagi belajar nulis
Komentar
Yang jelas, Naela Ali bikim saya jadi makin pengen beli cat koi :D
BalasHapusBtw, satu hal yang mengganggu pikiran saya adalah, kenapa banyak space kosong di halaman-halamannya? Haha. Semacam jiwa-jiwa #selamatkanhutan saya begitu meledak melihat buku-buku dg banyak space kosong. Padahal saya suka. Sama kayak buku Lala Bohang yang saya suka, karena menurut saya, di sana saya seperti merasa punya teman yang senasib, haha.
Mungkin karena faktor 'estetika' kak, makannya banyak space kosong dan ngorbanin banyak pohon X) Mungkin karena ingin menampilkan kesan simple dan minimalis juga di bukunya. Cuma yaaa kalau bicara soal hemat kertas memang lain lagi ceritanya haha :D
Hapus