Dummy Post Review Wardah Moisturizer Gel

[Review Buku] What I Wish I Had Known – Marcella Purnama


What I Wish I Had Known cover

Judul : What I Wish I Had Known (And Other Lessons You Learned in Your 20s)
Penulis : Marcella Purnama
Ilustrator : Nabila Adani
Genre : Self-Improvement (Pengembangan Diri)
Jumlah Bab : 23 Bab + 1 Epilog
Jumlah Halaman : 208 halaman
Penerbit : PT Gramedia, Jakarta
ISBN : 978 – 602 – 424 – 357 – 9

Prolog


Pernah dengar istilah ‘quarter life crisis’? Menurut situs Wikipedia, quarter life crisis adalah saat dimana kita memasuki usia 20-30 tahun, dimana kita merasa ragu tentang pilihan hidup kita dan stress karena proses transisi menuju kedewasaan. Juga kebingungan menentukan pilihan di masa depan.
Waktu pertama kali baca judul bukunya, yang pertama terpikir oleh saya adalah : quarter life crisis. Dan ya, buku ini memang membahas tema tersebut. Secara garis besar, buku ini bercerita tentang penulis yang kebingungan memilih jurusan kuliah, struggle waktu kuliah di luar negeri, waktu kerja, lanjut S2, dan sebagainya.
Let’s talk the cover (yeaa, I always judge book by its cover ๐Ÿ˜‰ ) Sampul yang simple, catchy, menarik perhatian saya untuk baca buku ini, selain dari tema buku ini sendiri. Awalnya saya nggak nyangka buku ini full bahasa Inggris, meskipun sinopsis di belakangnya jelas-jelas bahasa Inggris.  Well, ini jadi buku cetak pertama yang saya baca full teks dalam bahasa Inggris. Saya nggak nemu kesulitan waktu baca buku ini, isinya gampang dicerna. Ukurannya pun kecil, enak dibawa kemana-mana. Yuk, kita langsung mulai aja reviewnya!๐Ÿ˜‰

Review

Jadi, buku ini menceritakan penulis, atau dalam buku ini disebut I (saya). Buku ini sangat kronologis menceritakan pengalaman penulis dari segi waktu kejadian, mulai dari kebingungan milih jurusan kuliah, sampai kembali lanjut kuliah S2 di Australia. 

Secara garis besar, buku ini terdiri dari 3 part. Part 1, pengalaman penulis saat kuliah bachelor. Part 2, saat penulis kembali ke Indonesia dan bekerja. Part 3, saat penulis lanjut program master di Australia.
Di Part 1, menceritakan pengalaman penulis yang mengambil program double major, Communication dan Psychology. Di part ini penulis menceritakan bagaimana proses adaptasinya saat berkuliah, bagaimana dia awalnya tidak punya teman dan kesulitan berkomunikasi dalam bahasa Inggris disana. Ternyata, mahasiswa internasional dianggap sebagai second class dalam kelas perkuliahan, karena kesulitan komunikasi itu.
Di part ini juga menceritakan pengalaman kehidupan sosial sesama mahasiswa disana, juga pengalaman magang penulis pada sebuah media online. 



Part 2, dimulai saat penulis mendapat panggilan untuk internship pada sebuah perusahaan. Di part ini penulis menceritakan soal kesulitan menghadapi bos yang ngasih unrelated job desk padanya, pengalaman yang ditemui di lapangan saat dia membuat tulisan, struggle yang dia hadapi waktu kerja, pilihan yang mengharuskannya untuk resign dan menentukan dream job, juga hubungannya dengan pacarnya – Tjokro. 

Pembuka Part 2    


Sedangkan part 3 dimulai saat penulis kembali kuliah master degree di Australia – mengambil jurusan Publishing karena ternyata itulah passion nya. Disini, penulis kembali mendapat pelajaran dan pengalaman – bagaimana ada hal-hal yang berubah saat kita dewasa, mahasiswa Asia yang masih dianggap sebelah mata, teman sekelompok yang menyebalkan, dan lain-lain.

Pembuka Part 3
 
Part 2 dan part 3 lah yang saya suka, karena “ini kok bener banget ya, I can relate.” Sedangkan part 1, yaah, karena saya nggak kuliah di luar negeri, jadi pas baca, kesannya biasa-biasa aja haha ๐Ÿ˜‚
Part 2 dan part 3 menarik karena saya merasakan sendiri apa yang ditulis penulis, dan pasti dirasakan juga sama kita yang ada di usia 20 an, yang ditemukan di kehidupan sehari-hari. Pertanyaan dan pilihan hidup yang muncul di usia 20 an, gimana kita berusaha menyikapi keadaan, susahnya dapat pekerjaan impian, dan sebagainya. Juga hal-hal yang berubah saat kita dewasa – circle pertemanan yang mengecil, teman-teman yang sibuk dengan urusannya masing-masing, dan ketika orang lain sudah mendapat apa yang mereka inginkan, tapi kita bahkan belum tahu apa yang kita mau.

 

Buku ini gak cuma menceritakan soal struggle penulis, tapi dilengkapi dengan bagian-bagian dan kalimat yang memotivasi. Porsinya juga seimbang, antara hal positif dan negatif. Misalnya, bagian dimana penulis berusaha nggak mengandalkan relasi orangtuanya dalam mencari kerja, dan mengandalkan kemampuannya sendiri, atau bagian dimana penulis menceritakan suka duka yang dilalui bersama keluarganya. Itu bagian yang bagus. Dan saya suka banget dengan salah satu kutipan dari buku ini : their success is not your failure. Yup, tiap orang punya definisi sukses yang berbeda, kan ๐Ÿ˜Š

Kelebihan Kekurangan

Meskipun full text bahasa Inggris, ada juga sih istilah Indonesia yang digunakan. Dan buat saya kok kesannya kagok dan maksa. Jadi nggak kerasa atmosfir English nya, entah kenapa :D Tapi ya, mungkin lebih nyaman buat penulis menuliskannya dalam istilah Indonesia. Dan memang nggak ada terjemahan yang pas sih, untuk kata-kata tersebut dalam bahasa Inggris. Bisa merubah maknanya juga.
 
Percakapan yang menurut saya, sedikiiiiit 'kagok' ๐Ÿ˜œ
Juga, ini memang bukan buku fiksi, jadi gak perlu ada perkenalan – konflik – ending. Tapi, entah kenapa atmosfir ceritanya terkesan datar. Memang ada bagian yang menarik dan berkesan, tapi yaa kurang nendang kalau menurut saya. Saya memang menghabiskan buku ini dalam sekali baca, dan perasaan dari awal sampai akhir ya sama, gitu-gitu aja haha. Tapi itu buat saya, sih.
Kelebihan dari buku ini adalah, ada banyak realita pahit yang diceritakan secara jujur di kehidupan sehari-hari, juga yang ditemui penulis saat bekerja. Diceritakan secara sederhana, nggak berlebihan, dan cenderung menyadarkan kita juga.

Reality ๐Ÿ˜“
Juga, pengetahuan baru buat saya karena buku ini menceritakan sisi lain usia 20-an dari sudut pandang yang tidak biasa, tidak seperti kebanyakan tulisan yang pernah saya baca. Dimana urutannya selalu : kuliah, wisuda, nikah, rumah tangga, punya anak. Buku ini berbeda, so it’s new and very refresing to read ๐Ÿ˜„

Bagian Menarik


Seperti biasa, saya akan highlight bagian-bagian favorit saya di buku ini. Bagian-bagian ini, menurut saya yang paling relate banget dengan orang-orang yang sedang mengalami quarter life crisis, right? ๐Ÿ˜‚ Yea, i can relate too and you are not alone. So, here it is

This! Apalagi, kalau udah membandingkan diri sendiri sama orang lain ๐Ÿ˜‚

Simpulan

Secara garis besar buku ini enak untuk dibaca, dan mudah dicerna (oleh kemampuan bahasa Inggris saya ๐Ÿ˜). Grammar-nya nggak susah-susah amat kok. Lumayan untuk latihan reading bahasa Inggris. Nggak njelimet.
Untuk kamu yang mungkin butuh pencerahan mengenai masa quarter time crisis, buku ini bisa jadi pilihan untuk dibaca. Siapa tahu kamu termotivasi, atau mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan hidup kamu (halah bahasanya ๐Ÿ˜œ). Buat saya buku ini menyajikan sudut pandang lain di usia 20-an, dimana ada sisi indah dan enggaknya. Juga memotivasi dan membuat saya berpikir, saya nggak sendirian dalam menghadapi quarter life crisis ini. So, enjoy reading!


Komentar

  1. Bukunya menarik ya. Kisah tentang krisis masa-masa galau. Silahkan mampir juga ke www.utarininghadiyati.com. terima kasih

    BalasHapus
  2. Quarter Life Crisis emang ngasih cerita yang nggak pernah habis ya. Masa masa paling krusial dalam menemukan diri sendiri.

    BalasHapus
  3. babyliss pro nano titanium hair dryer - TheTianiumArt
    This titanium hair is a simple and ford edge titanium 2021 easy to apply beard brush to your face ์Šฌ๋กฏ ๋‚˜๋ผ in a titanium trim hair cutter reviews no more effort. This titanium nail is one of the easiest and fastest ways to apply your eyebrows.

    BalasHapus

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman