Salt to The Sea - Ruta Sepetys (Book Review)
"Joana Vilkas, putrimu, adikmu. Dia menjadi garam di lautan." - Joana.
Resume
Berlatar di Jerman pada Perang Dunia Kedua, tahun 1945. Empat remaja berasal dari negara dan latar belakang berbeda, dipertemukan dalam keadaan sama: mengungsi karena perang. Joana, Emilia dan Florian bertemu di sebuah gubuk dalam perjalanan ke pelabuhan Gotenhafen. Bagi para pengungsi, berjalan kaki puluhan kilo di musim dingin lebih baik daripada dibunuh tentara Rusia atau tentara Jerman. Para korban perang termasuk mereka berencana naik kapal menyebrangi Laut Baltik ke bagian Jerman yang aman dan belum diinvasi Rusia.
- Joana Vilkas, gadis perawat keturunan Lituania-Jerman. Joana berpisah dengan ibunya, dan berencana menyusulnya dengan naik kapal. Sedangkan keberadaan ayah dan kakaknya yang melarikan diri ke hutan tidak diketahui.
- Emilia Stożek, gadis 15 tahun yang kabur seorang diri dari Polandia. Ayahnya ilmuwan yang diincar Nazi, sedangkan ibunya meninggal saat melahirkan adiknya. Demi keamanan, Emilia dikirim ke rumah teman ayahnya di Nemmersdorf untuk bekerja. Namun alih-alih mendapat perlindungan, Emilia jadi korban kekejaman tentara Rusia di Nemmersdorf.
- Florian Beck, pemuda Prussia yang kabur dengan membawa benda curian. Florian adalah perestorasi lukisan yang bekerja dibawah Dr. Lange, direktur museum yang menyimpan karya seni hasil jarahan Nazi. Dr. Lange bekerja sama dengan Gauleiter Koch, pimpinan regional Nazi. Florian kabur membawa benda seni yang diinginkan Hitler sebagai bentuk balas dendam pada Dr. Lange. Florian membuat identitas palsu dan berbohong pada tentara bahwa dia sedang membawa barang Gauleiter Koch, agar tidak ditarik masuk pasukan perlawanan.
- Alfred Frick, pemuda Jerman yang terlambat masuk Nazi. Alfred ditugaskan di kapal Wilhelm Gustloff sebagai pelaut dengan jabatan rendah. Alfred merasa tugasnya paling penting. Dalam kepalanya dia berkhayal menceritakan tugas-tugasnya pada gadis bernama Hannelore. Rasa nasionalisme Alfred berlebihan sampai mengabaikan kemanusiaan. Dia menganggap Jerman dengan ras Arya-nya adalah yang paling unggul. Bagi Alfred, ras lain atau penyandang disabilitas adalah makhluk cacat, tidak layak ditolong.
Joana, Emilia dan Florian berada dalam satu rombongan menuju pelabuhan, sebelum nantinya bertemu Alfred dan naik ke kapal.
Florian bertemu Emilia di sebuah gudang, waktu gadis itu hampir dibunuh tentara Rusia. Merasa Florian adalah penyelamatnya, Emilia bermaksud mengikuti Florian. Meski Florian menolak, tapi dia tidak tega meninggalkan Emilia karena teringat pada Anni, adik perempuannya yang seumuran Emilia. Mereka lalu beristirahat di sebuah gubuk yang sudah terisi rombongan pengungsi, dimana Joana ada di dalamnya.
Naluri perawat Joana muncul begitu melihat Emilia dan Florian masuk. Keduanya menunjukkan gejala demam, terutama Florian yang menyembunyikan luka di tubuhnya. Setelah dipaksa, akhirnya Florian memperlihatkan luka akibat meriam di tubuhnya. Joana melakukan operasi dan Emilia membantu dengan apa saja yang bisa dilakukannya agar operasi lancar meski tanpa anestesi dan alat seadanya.
Eva, salah satu anggota rombongan menolak Emilia dan Florian bergabung karena dianggap mencurigakan. Terutama Emilia yang orang Polandia dan tidak punya kartu identitas. Namun Joana bersikeras mempertahankan, apalagi Emilia mengingatkannya pada sepupunya yang dikirim ke Gulag Siberia. Perintah mengungsi juga sudah dikeluarkan, jadi lebih baik berjalan bersama dalam rombongan.
Joana memberikan Emilia kartu identitas wanita Latvia yang sudah meninggal agar bisa melewati pos pemeriksaan. Emilia dan Florian adalah yang paling ketar-ketir tiap pemeriksaan karena identitas mereka tidak meyakinkan. Pada akhirnya mereka lolos dan berkat identitas palsu Florian, mereka berhasil sampai di pelabuhan lebih cepat menggunakan perahu.
Sesampainya di pelabuhan Gotenhafen, mereka belum bisa naik ke kapal. Keadaan pelabuhan sangat kacau karena ribuan pengungsi datang dari mana-mana. Pengungsi yang mau naik kapal harus membeli karcis dan melewati pemeriksaan berkali-kali. Wanita dan anak-anak diutamakan. Pria yang kelihatan sehat akan ditarik masuk ke pasukan. Sedangkan mereka yang harapan bertahan hidupnya tipis, dipastikan dilarang naik ke kapal.
Agar semua anggota rombongannya bisa naik, Joana menawarkan diri jadi tenaga medis di barak pasien kapal. Saat itulah mereka bertemu Alfred, yang langsung mempertemukan Joana dengan Dr. Richter, satu-satunya dokter di kapal. Rombongan Joana bisa naik, tapi hanya Florian yang masih khawatir karena ada kemungkinan dia ditarik masuk ke pasukan. Florian harus naik sembunyi-sembunyi agar tidak menarik perhatian. Mungkin ia sudah jadi buronan yang sedang dicari tentara suruhan Dr. Lange atau Gauleiter Koch. Florian membohongi Alfred, berkata ia sedang menjalankan misi Gauleiter Koch dan mungkin Alfred akan dapat medali kehormatan jika membantu Florian. Alfred yang dungu, terperdaya lalu membantu Florian bersembunyi di kapal dan jadi pengantar pesan antara Florian dan Joana.
Sementara itu Joana dan Emilia mendapatkan tempat di bangsal persalinan. Emilia yang hamil akibat kekerasan seksual yang dilakukan tentara Rusia, melahirkan di kapal. Awalnya Emilia tidak mau menggendong dan menyusui bayinya, tapi semangatnya kembali setelah Florian menghiburnya. Mereka mengharapkan awal yang baru setelah nanti mendarat, namun nasib buruk seperti belum mau pergi. Malam itu saat berlayar, tiga torpedo Rusia menghantam kapal dan menyebabkan kapal mulai tenggelam.
Joana dan Florian berhasil naik sekoci, tapi Emilia mengorbankan tempatnya untuk diisi seorang anak kecil. Emilia bertahan di kapal yang semakin tenggelam. Emilia hanya mau bayinya selamat dan menitipkannya pada Florian, sehingga Florian terpaksa menitipkan tas berisi barang curiannya pada Alfred agar sekoci tidak terlalu berat.
Emilia akhirnya menemukan rakit dan menarik Alfred naik dari kapal yang tenggelam. Bukannya terpukul melihat banyaknya korban, Alfred malah mengharapkan medali kehormatan dan berhalusinasi Emilia mencuri medalinya. Alfred yang hilang akal bermaksud membunuh Emilia di atas rakit. Emilia melawan, membuat Alfred terbentur dan jatuh ke lautan. Kini tinggal Emilia sendirian. Sambil menunggu pertolongan datang, Emilia tertidur di atas rakit, memimpikan ibu dan keluarganya di Polandia.
Di akhir cerita, latar waktu lompat ke puluhan tahun setelah tenggelamnya kapal Wilhem Gustloff. Joana dan Florian menikah dan menetap di Amerika. Mereka tinggal bersama Halinka, bayi Emilia; Klaus, anak kecil dari rombongan mereka yang selamat; dan anak mereka sendiri. Sebuah surat datang dari Denmark untuk Florian. Lewat surat itu diketahui Emilia meninggal di atas rakit akibat kedinginan. Jenazahnya yang membeku terbawa arus, lalu terdampar di pantai belakang rumah Clara Christensen, sang pengirim surat.
Saat ditemukan, diatas rakit itu terdapat tas Florian yang masih lengkap dengan isinya. Lewat catatan di tas, Clara mengetahui identitas Emilia, Joana dan Florian, serta barang berharga dalam tas. Meski sudah menghubungi otoritas Jerman, tidak ada yang tertarik untuk mencari keluarga yang masih tersisa dari Emilia, Joana atau Florian. Surat ditutup dengan mengatakan bahwa barang-barang Florian dikuburkan seluruhnya, termasuk barang berharga curiannya. Sedangkan Emilia sudah beristirahat dengan tenang, dimakamkan dibawah rumpun mawar dekat pondok Niels dan Clara Christensen.
Review + Reading Experience
Salt to The Sea adalah kisah tentang warga sipil yang jadi korban perang invasi Jerman – Rusia, mengusir mereka dari tanah kelahiran dan terpisah dari keluarga. Tentang usaha bertahan hidup. Ketiga tokohnya, Joana-Florian-Emilia adalah remaja yang purely cuma ingin selamat dan ketemu lagi keluarganya (kecuali Alfred, korban cuci otak). Mereka mengharapkan nasib baik dengan naik kapal Wilhelm Gustloff, tanpa menduga kapal akan tenggelam dan memakan korban melebihi korban tenggelamnya kapal Titanic.
Novel ini nggak ada babnya, tapi penulisan ceritanya terbagi berdasarkan POV keempat tokohnya. Jadi storytelling-nya ganti-ganti POV, dituturkan singkat dalam 1 atau 2 lembar sebelum ganti ke POV selanjutnya. Alurnya maju dan berkesinambungan antar POV-nya.
Kukira bacanya bakal kagok, ternyata nggak. Malah enak diikutin, storytelling-nya mengalir, bikin page-turner soalnya gak ketebak apa yang bakal terjadi selanjutnya. Tokohnya bisa mati kapan aja (kena bom, ditembak, mati kedinginan). Jadi suasana mencekamnya juga kerasa, kebantu sama ganti-ganti POV itu. Atmosfir menderitanya untuk bertahan sampai ke pelabuhan itu kebayang banget. Langsung kebayang kayak kondisi perang di musim dingin dari film All Quiet on The Western Front (meski tahunnya beda).
Bagian yang paling ngena dari novel ini, adalah: sama-sama manusia, tapi cuma karena beda kewarganegaraan aja bisa dibunuh. Punya sedikit darah campuran dari negara lain bisa bikin selamat atau mati, tergantung siapa yang kita temui. Joana yang keturunan Lituania-Jerman bisa selamat kalau ketemunya tentara Jerman, tapi kalau ketemunya tentara Rusia dia nggak akan selamat. Paling nyesek itu Emilia, soalnya dia orang Polandia tulen yang kalau ketemu tentara, baik dari Jerman atau Rusia, nasibnya nggak akan terjamin.
Serius, Emilia ini tokoh paling muda tapi ceritanya yang paling bikin nyesek. Dia yang paling menderita dan paling pura-pura kuat. Jadi yatim-piatu, terus keluarga teman ayahnya yang harusnya melindunginya, ‘menjual’ dia ke tentara Rusia sampai dia mengalami kehamilan tidak diinginkan 😭 Waktu gabung sama rombongan Joana, dia lagi hamil 8 bulan. Awalnya dia bohong, bilang kehamilan itu hasil hubungan dengan kekasihnya, saking nggak mau nerima itu akibat kekerasan seksual. Itu adalah caranya bertahan dan menguatkan diri, percaya ada seseorang yang menunggunya. Karena kalau nggak, dia nggak tahu lagi alasannya untuk hidup 😢
Kalau baca bagian POV Emilia, pasti kerasa kalau dia ini masih punya pemikiran khas anak-anak. Dia tahu dia kena musibah, sekaligus have no clue musibah yang menimpanya itu berat, bahkan untuk ukuran orang dewasa. Emilia bertahan sambil mengingat kenangan bersama keluarga dan temannya di Polandia. Adanya Florian dan Joana membantu Emilia semangat, terutama Florian yang waktu itu menyelamatkannya dari tentara Rusia. Berkat dihibur Florian juga, Emilia akhirnya mau menggendong dan menyusui bayinya.
Padahal Emilia udah naik rakit dan nyaris ketemu bayinya, Joana dan Florian lagi. Sayangnya Emilia tidak bertahan melawan dinginnya suhu Laut Baltik sendirian 😢
![]() |
| Emilia 😢 |
Paling gedeg itu pas baca POV-nya Alfred. I mean, Alfred ini korban cuci otak propaganda Nazi sampai rasa kemanusiaannya hilang. Alfred menganggap dirinya sudah berperan membela Jerman dengan bertugas di kapal, padahal tugasnya receh. Tipikal anak mami yang terisolasi, nggak bisa apa-apa tapi pengen keliatan keren. Florian mendeskripsikan Alfred dengan tepat: orang dungu tanpa pengalaman; begitu ingin merasa penting.
Kirain Alfred bakal tobat di akhir cerita atau ada redemption arc-nya, ternyata enggak. Emang Alfred ini dasarnya setan aja, nggak punya empati dan belas kasihan 😠 Tiga hal yang bikin nggak habis pikir sama si Alfred ini:
- Nggak kasihan sama rekan tentaranya yang luka parah dan nggak bisa naik ke kapal. Alfred menganggap tentara yang sakit sebagai ‘sayuran busuk’ yang harus dipisahkan.
- Menganggap ibu hamil di tengah perang itu merepotkan. Hey, it’s not their fault!
- Melaporkan seorang keluarga tetangganya untuk ditangkap Nazi. Tetangganya adalah Hannelore, si gadis yang dia sukai dan selalu dia khayalkan menulis surat untuknya di kapal. Ibu Hannelore orang Jerman, tapi ayahnya Yahudi dan penyandang disabilitas. Alfred melaporkan keadaan ayah Hannelore ke Nazi, mengira sudah menyelamatkan Hannelore karena dia masih berdarah Jerman, ras unggulan. Tapi Hannelore lebih memilih ikut dibawa bersama ayahnya, sesuatu yang tidak dimengerti Alfred.
See? Buat Alfred, selalu propaganda dulu baru kemanusiaan. Empatinya nggak jalan, nggak ngerti kenapa Hannelore lebih milih ikut ayahnya dibanding cari aman dengan mengaku orang Jerman. Meski menyebalkan, sebenernya POV Alfred ngeliatin dampak propaganda, menelannya mentah-mentah bisa membawa orang ‘sejauh itu’ dari kemanusiaan.
Untuk dua tokoh lain, Joana dan Florian. Meski cerita dari POV mereka juga menarik, tapi buatku nggak membekas kayak POV Emilia (yang bikin nyesek) dan Alfred (yang bikin gedeg). Baca POV Joana dan Florian itu netral, nggak banyak mancing emosi. Kayak narator cerita yang netral. Lewat dua tokoh ini porsi romance di cerita dimasukkan, karena dua-duanya saling mengamati dan tertarik.
Joana disini sebagai ‘perekat’ rombongan, selalu ingin menolong tiap kali ada yang keliatan terluka. Koper Joana kayak kantong Doraemon, di dalamnya ada aneka alat kesehatan, obat dan salep. ‘Klik’-nya Joana dan Florian dimulai waktu operasi. Florian berutang karena diselamatkan Joana, dan Joana yang mengakui sebuah rahasianya pada Florian. Hubungan mereka ini sedikiiit ngasih vibes yang lebih ‘hangat’ dari sekian ketegangan di cerita.
Penutup
Novel Salt to The Sea ini solid banget karena penulisnya riset dulu, nyari sumber dan wawancara dengan penyintas atau keluarga penyintas yang masih hidup. Ada catatan pengarang di akhir buku dan penjelasan proses risetnya. Pesannya sampai: keputusasaan, kesedihan, dan harapan akibat perang tersampaikan dengan baik lewat narasi ketiga tokoh utamanya (Alfred gak diitung ya, anggap cuma figuran).
Cara storytelling-nya bagus, bikin bacanya nggak kerasa. Cuma karena nggak familiar sama sejarahnya, di awal agak bingung yang mana kawan, yang mana lawan. Prussia itu Rusia atau bukan? Terus emangnya kenapa kalau Emilia yang orang Polandia ini ketemu orang Jerman? Lituania itu sebelah mananya Jerman? Tujuan mereka itu sejauh apa, Kiel itu dimana? 😵Jadilah bacanya sambil searching dikit-dikit. Di awal buku juga ada peta yang menggambarkan lokasi-lokasi yang disebutkan di cerita, tapi lebih enak ngeceknya di Google Maps biar kebayang jarak dan suasananya. Beberapa nama kota juga udah ganti. Gotenhafen ganti jadi Gydnia, Lwow ganti jadi Lviv, dan sebagainya.
Salt to The Sea masuk list bacaan bertema dampak perang yang pernah kubaca, setelah As Long As the Lemon Trees Grow. Sama-sama menceritakan korban perang yang berusaha bertahan hidup dan mengungsi demi kehidupan yang lebih baik, cuma beda waktu dan latar (tapi sama-sama ada kapal tenggelamnya 😢). Salt to The Sea adalah novel his-fic yang menyentuh dan layak dapat bintang 4.98/5! ⭐

.jpg)





Komentar
Posting Komentar