The Door to Door Bookstore - Carsten Henn (Book Review)



"Konon, buku akan menemukan pembacanya sendiri – walaupun kadang-kadang diperlukan seseorang untuk menunjukkan jalan." - The Door to Door Bookstore

Resume

Di kota Munsterplatz, Jerman, seorang kakek bernama Carl Kollhoff memiliki profesi unik: Juru Antar Buku. Pekerjaan itu ditekuni Carl selama puluhan tahun, mengantarkan buku pesanan ke depan pintu rumah pelanggan secara langsung. Carl adalah juru antar buku yang bekerja di Toko Buku Gerbang Kota yang sekarang dikelola orang muda bernama Sabine Gruber. Sabine meminta Carl menghentikan layanan pengantaran, namun Carl bersikeras melanjutkannya meski bayarannya tidak seberapa. Bagi Carl tidak ada yang lebih membahagiakan dari mengantarkan buku yang tepat pada pelanggan. Sabine membiarkan Carl meneruskan layanan pengantaran karena Carl adalah teman baik ayahnya.

Carl menyebut layanan pengantaran bukunya sebagai ‘patroli’. Carl memberikan julukan bagi para pelanggannya sesuai kepribadian mereka. Pria lajang kaya raya yang hanya suka buku filosofis ia beri julukan Mr. Darcy. Wanita yang selalu tampak sendu dan suka novel-novel dengan ending tragis, ia beri julukan Effie Briest dari novel berjudul yang sama. Seorang pria yang bekerja membacakan buku selama jam kerja di pabrik cerutu, ia beri julukan Juru Baca. Dan pelanggan-pelanggan tetap lainnya. Carl selalu merekomendasikan mereka bacaan selanjutnya, sesuai perkiraannya tentang kesukaan si pelanggan terhadap buku. Dia tahu buku-buku apa saja yang bisa direkomendasikan pada orang tertentu.

Suatu hari, seorang gadis cilik tiba-tiba muncul dan mengikuti Carl dalam patrolinya. Gadis itu memperkenalkan diri sebagai Schascha. Schascha berumur sembilan tahun, sudah lama memperhatikan Carl dan ingin ikut dalam patroli. Carl awalnya menolak, tapi akhirnya membiarkan Schascha ikut, bahkan berkenalan dan masuk ke rumah para pelanggan. Schascha yang ikut mengamati karakter pelanggan, punya ide untuk memberikan bacaan yang genrenya berbeda dengan pribadi para pembacanya. Mr. Darcy harusnya diberi bacaan yang membuatnya melakukan sesuatu, bukan cuma filsafat. Effie Briest yang kehidupannya sendu, sebaiknya jangan diberi bacaan yang endingnya tragis. Saran ini ditolak Carl, karena menurutnya semua orang berhak bebas memilih buku. 

Meski ditolak, Schascha tetap menjalankan idenya. Schascha membeli sendiri buku-buku yang menurutnya sesuai dengan para pelanggan dari toko buku bekas. Buku-buku itu ia berikan secara sembunyi-sembunyi dalam setiap patroli bersama Carl, tapi akhirnya ketahuan juga. Di luar dugaan, para pelanggan senang. Rencana Schascha itu membuat hubungan Carl, Schascha dan para pelanggan lebih hangat dan terbuka, tidak sebatas pengantaran buku. Hubungan yang terbuka itu membuat Juru Baca berani memberikan manuskrip novel yang dibuatnya untuk dibaca Carl. Juru Baca ingin Carl membacanya dan memberikan tanggapan.

Carl menuruti permintaan Juru Baca, dan jadi pembaca pertama novel itu. Ceritanya bagus, tapi Juru Baca tidak percaya diri memperlihatkannya pada orang lain. Carl dan Schascha punya ide agar novel itu bisa dibacakan sendiri oleh Juru Baca saat jam kerja, dengan para buruh pabrik cerutu sebagai pendengarnya. Carl dan Schascha akan datang ke pabrik diam-diam sebelum jam kerja, lalu menukar buku yang ada di pos Juru Baca dengan novelnya, sehingga mau tidak mau dia harus membacakan sendiri novelnya. Rencana itu berhasil, novel itu dibacakan Juru Baca dan para buruh pabrik juga senang mendengarkannya. Carl dan Schascha puas dengan hasilnya, meskipun untuk menjalankan rencana ini Schascha perlu bolos jam pelajaran pertama sekolah. 

Keberhasilan rencana itu berbalik mengancam persahabatan Carl dan Schascha, karena sekolah menelpon Ayah Schascha soal Schascha yang bolos sekolah dan pergi ke pabrik cerutu bersama pria tua aneh. Akibatnya Ayah Schascha marah besar dan melarangnya menemui Carl. Ayah Schascha mendatangi toko buku Gerbang Kota karena membiarkan pegawainya membawa gadis kecil berkeliaran malam-malam ikut mengantarkan buku. Puncaknya, Carl dipecat tanpa penjelasan oleh Sabine.

Setelah kehilangan pekerjaan, Schascha juga menghilang. Carl merindukan teman ciliknya yang cerewet itu, mencarinya ke seluruh tempat dimana kira-kira Schascha bersekolah. Akhirnya ia menemukan Schascha. Tapi Ayahnya tahu Carl mencari-cari Schascha. Ayah Schascha mendatangi Carl, memperingatkannya untuk tidak mencari-cari Schascha lagi, dan karena dorongan emosi mendorong Carl sampai jatuh dan tidak sadarkan diri.

Carl bangun di rumah sakit dengan tulang tangan dan kaki yang retak. Dia jatuh sakit, tapi tidak ada seorangpun yang menjenguknya. Tidak juga dengan para pelanggan setianya. Carl marah dan kecewa karena tidak ada yang mencarinya. Dia merindukan orang-orang yang diperhatikannya, tapi ternyata mereka gak balik memperhatikannya. Menurutnya kota itu telah menjadi tempat orang-orang mendorongnya ke tanah lalu melupakannya. Begitu pulang dari rumah sakit, Carl mengurung diri dan kehilangan semangat hidup.

Di sisi lain, Schascha yang khawatir karena lama tidak mendengar kabar Carl, mencari alamat rumahnya lewat Leon, pegawai toko buku Gerbang Kota. Schascha mendatangi rumah Carl, tapi Carl terlanjur kecewa dan tidak mau bertemu siapapun. Malamnya di rumah, Ayah Schascha mengakui kesalahannya yang sudah mengabaikan dan bersikap keras pada Schascha. Ayahnya juga mengakui dia mendorong Carl sampai jatuh. Schascha marah dan menyalahkan ayahnya, karena gara-gara itu Carl dipecat dan kehilangan hal yang paling penting baginya: dunia buku, dan mengantarkan buku pada pelanggan. 

Untuk memperbaiki keadaan, Schascha dan Ayahnya punya rencana. Carl yang masih kecewa dan kehilangan semangat, awalnya menolak mentah-mentah kedatangan Schascha ke rumah. Tapi berkat kegigihannya, Schascha berhasil membuat Carl mendengarkan rencananya. 

Untuk bisa membuat Carl mengantarkan buku lagi meskipun kakinya masih sakit, Ayah Schasca ngasih alat bantu jalan dengan keranjang yang memudahkan pergerakan Carl. Para pelanggan setianya, yang merasa hidup mereka berubah dan terbantu dengan jasa Carl selama bertahun-tahun, mendukung Carl kembali menjadi Juru Antar Buku. Mereka mencarikan tempat baru untuk Carl, yaitu di toko buku bekas Moses. Para pelanggan itu mempromosikan jasa Carl dan nantinya Carl yang akan mengantarkan pesanannya ke depan pintu. Akhirnya Carl kembali merasa bermanfaat. Hal yang penting baginya juga kembali: mengantarkan buku yang tepat untuk pelanggan, kali ini ditemani Schascha dan para pelanggan setianya yang akan bergiliran menemaninya dalam setiap patrolinya. 

Review + Reading Experience

Kita urutin dari hal-hal yang paling di-notice waktu baca.

Pertama, setting waktu. Ada tokoh yang kerjannya jadi Juru Baca di pabrik, tapi di sisi lain ada komputer sama internet. Kalau searching, pekerjaan Juru Baca disebut Lectors, tugasnya bacain novel atau koran buat menghibur pekerja yang kegiatannya monoton. Lectors ini berkembang tahun 1800-1900an, itu juga di Kuba, Amerika Selatan. Jadi visualisasi setting waktunya agak bingung di awal 😁 Tapi ada penjelasannya sih. Disebutkan kalau di pabrik tempat Juru Baca kerja itu, pemiliknya berdarah setengah Kuba setengah Jerman. Jadi mungkin biar meneruskan tradisi. Okelah, ada nyambungnya.

Kedua, soal penggunaan kata ‘kamu’ di percakapan. Mungkin karena sering baca terjemahan yang pake ‘kau’ ya, jadi pas baca percakapan Carl sama Schascha itu kayak kagok karena pake kata ‘kamu’. Schascha ini umurnya 9 taun, tapi di beberapa bagian bicaranya kayak orang dewasa. Kadang kalem, kadang ceplas-ceplos. 

Awalnya aku ngebayangin dinamika Carl dan Schascha ini kayak Anya dan Mr. Henderson (SpyxFamily), which is very comical. Tapi ternyata susah ngebayanginnya ya, entah karena efek kebawa kagok dari teks percakapannya atau gimana. Nggak se-smooth percakapan Anya – Mr. Henderson. Terus ternyata The Door to Door Bookstore ini dibikin film, trailernya ada di Youtube. Nah barulah dinamika Carl – Schascha kebantu tervisualisasi setelah aku nonton trailer itu. Vibes di cerita sama di trailernya cocok.

The Door to Door Bookstore Movie version

Ketiga, aku gak nemu novel ini rating usia pembacanya berapa (gak ada keterangannya). Meski ilustrasi sampulnya kayak buku anak-anak, premis ceritanya sederhana dan ‘kayaknya perlu dibaca anak-anak biar tahu pentingnya peran buku’, ditambah gadis cilik umur 9 tahun sebagai salah satu tokoh utama, menurutku ini bukan novel buat anak-anak. Soalnya beberapa kali disebut soal tokohnya yang mengalami KDRT (Effi Briest). Memang bagian Effi Briest gak dominan di cerita, tapi kayaknya kalau buat novel anak-anak, bagian gloomy-nya gak akan di-mention sesering itu. Begitu juga waktu bagian Carl pulang dari rumah sakit dalam kecewa dan mengisolasi diri, menurutku agak suidical – because what do you mean he decides to ‘mempercepat pelenyapan dirinya hingga tubuhnya menyimpulkan bangun pada pagi hari sudah tidak diperlukan’? Bagian setelah Carl dipecat, masuk rumah sakit, sampai mengurung diri itu emang nyesek, nyesek yang porsinya bukan buat anak-anak 😢 Jadi menurutku ini bukan novel anak-anak, tapi bukan novel dewasa juga. Mungkin pertengahan ya, rating remaja?

Keempat, soal heartwarming. Banyak review menuliskan cerita The Door to Door Bookstore ini heartwarming, persahabatan antara kakek pengantar buku dan gadis kecil. Buatku yang bikin heartwarming lebih ke cara Carl memperlakukan buku dan soal pekerjaannya. Ada banyak pandangan menarik soal buku dan membaca. Kalau orang udah secinta itu sama buku, ternyata bisa begitu, buku bukan sekedar bentuk fisik jilidan kertas. Terus, waktu bagian Carl yang jenguk Gustav (ayah Sabine) di panti jompo, nungguin Gustav yang kritis di ruang rawat sambil baca buku kesukaan Gustav, dan melayat makam Gustav diam-diam. I don't know, it's the part I can't easily ignore. It's not heartwarming, but it's not sad either. Mungkin bisa disebut bittersweet? Seorang saksi yang tahu cerita hidupmu, dan mungkin jadi orang terakhir yang punya pemikiran sama denganmu, pergi meninggalkanmu di saat kamu tidak punya siapa-siapa selain buku. Ditambah, anaknya (Sabine) yang pingin Carl berhenti dan akhirnya memecatnya disaat itu satu-satunya pekerjaan yang bisa dilakukan Carl. We understand Sabine’s intention, tapi nyesek juga dengan kondisi Carl yang kehilangan pekerjaan dan sendirian di usia senja. Untungnya di akhir cerita, masih ada orang yang mau memberdayakan Carl biar ‘berdaya’ dan punya pekerjaan lagi. 

Langsung keinget soal ‘pemberdayaan dan perlindungan lansia’. Umur Carl 70 tahun, dianggap tua untuk jasa pengantaran, tapi cuma dari jasa itu dia dapat pemasukan. Carl hidup sendiri dan setia mengantarkan buku sampai Sabine memecatnya. Carl memang butuh bantuan supaya dia bisa berdaya, nggak bisa sendirian lagi. 

Reading Aftertaste + Penutup

The Door to Door Bookstore ini atmosfirnya mix antara happy dan melankolis. Carl, kakek tua sederhana yang puas hanya dengan membaca dan mengantarkan buku yang tepat pada pelanggan. Jujurly, endingnya bikin lega karena Carl bisa ‘berdaya lagi’, tapi rada kurang puas juga (banyak bagian dan penjelasan yang kurang realistis). Cukup puas dengan ide-ide tentang buku dan membaca yang disampaikan lewat perspektif Carl. Ceritanya nggak berat, tapi nggak ringan juga. Akhir kata, dapat bintang 3.7 dari 5 ⭐

Quotes I Like

  • Orang-orang yang gemar membiarkan pandangan mereka berkelana di deratan punggung buku, yang mengumpulkan buku di sekeliling mereka bagaikan sekumpulan kawan dekat. Di dalam buku-buku itu terdapat tokoh-tokoh yang seolah-olah memiliki keterkaitan dengan mereka, dengan nasib yang serupa, atau yang mereka harapkan akan terjadi pada mereka
  • Aku ini seperti jarum jam. Kau mungkin menganggap jarum jam tidak bahagia karena selalu berputar di tempat yang sama, selalu kembali ke tempatnya memulai, tetapi justru kebalikanya. Jarum jam menghargai kepastian jalan dan tujuannya, jaminan keamanan karena dia tidak mungkin menuju arah yang salah, sehingga ia akan selalu tepat dan bermanfaat
  • Padahal, di balik sampul buku, kau akan menemukan banyak orang dan berbagai cerita mereka. Di dalam setiap buku ada jantung yang mulai berdetak ketika seseorang membacanya, karena tindakan itu menghubungkan buku dengan pembacanya. 
  • Kini, saat dia sendiri merasa kurang terlindung akibat Waktu dan Maut yang terus menggerogoti keberadaannya, dia menginginkan keamanan, setidaknya dari kata-kata yang menemaninya selama dia menjalani sisa waktunya
  • Ada keluarga yang menunjukkan kasih sayang dengan makanan. Keluarga lain suka memberikan pelukan, berbagi kehangantan untuk menangkan dinginnya dunia luar. Selama bergenerasi-generasi, keluargaku menunjukkan kasih sayang melalui buku. Bahkan buku yang tidak sesuai untuk penerimanya. Mereka memberiku buku-buku terbagus, sebagaimana orangtua lain memberikan perhiasan berlian yang bisa disimpan seumur hidup.
  • Kita ini seperti radio antik, kau dan aku. Waktu kita sudah berlalu. Kita tidak menyadarinya saat kita masih berfungsi, tapi kita sudah tidak bisa mendapatkan suku cadang pengganti.
  • “Kalau kau tokoh dalam buku, kau akan hidup selamanya. Selama ada orang yang masih mebaca tentangmu, kau masih hidup.”
  • “Kau tahu, tidak ada buku yang bisa menyenangkan semua orang. Dan kalaupun ada, buku itu pasti jelek. Kau tidak bisa berteman dengan semua orang karena setiap orang berbeda. Agar bisa diterima oleh semua orang, kau harus kekurangan kepribadian, tidak memiliki keunikan ataupun ciri khas. Namun, bahkan jika itu terjadi pun bayak orang tetap tidak akan menyukaimu, karena mereka memerlukan keunikan dan ciri khas. Apa kau mengerti? Semua orang memerlukan buku yang berlainan. Karena sesuatu yang dicintai dengan sepenuh hati oleh seseorang mungkin tidak akan menimbulkan kesan apapun bagi orang lain.” 
  • “Semua orang bebas memilih buku mereka. Itu adalah perasaan paling luar biasa. Ada begitu banyak hal yang wajib kita lakukan dalam kehidupan kita; paling tidak, kita masih bebas memilih apa yang kita baca.”
  • Tidak peduli sebanyak apa pun buku yang kubaca, akan selalu ada buku yang belum kubaca. Itulah tragedinya. Siapa pun yang gemar membaca tentu ingin membaca semua buku bagus yang ada
  • Carl menggolongkan pembaca sebagai kelinci, kura-kura, dan ikan. Dia sendiri adalah ikan, yang membiarkan sebuah buku menyeretnya mengikuti arus, dengan laju antara cepat dan santai. Kelinci adalah pembaca cepat, sigap menyikat sebuah buku tetapi dalam waktu singkat telah melupakan apa yang mereka baca beberapa halaman sebelumnya dan terus membalik halaman ke belakang untuk mengingat-ingat. Kura-kura juga kerap membaca ulang halaman yang telah lewat karena mereka membaca begitu lambat dan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menamatkan sebuah buku. 
  • Membaca adalah aktivitas yang memiliki kemauan sendiri. Kita tidak bisa memaksanya
  • Kertas adalah karbon. Manusia juga karbon. Buku dan manusia terbuat dari bahan yang sama.
  • Dia kerap bermimpi tentang kematian yang datang selama dia membaca, memegang buku yang sangat menggugah di tangannya, tidak menyadari transisi dari kehidupan menuju kematian.

Komentar

Postingan Populer